Liputan6.com, Seoul - Ratusan orang tampak memenuhi jalanan di Seoul, Korea Selatan, pada Jumat 1 Februari 2019, berjalan mengiringi sebuah peti jenazah menuju ke Kedutaan Besar Jepang.
Hati mereka diselimuti rasa duka medalam dan amarah, sebab di dalam peti mati itu terbaring jasad Kim Bok-dong, seorang wanita Negeri Gingseng yang dianggap sebagai pahlawan. Dia menjadi korban budak seks pemerintah Negeri Sakura sebelum dan selama era Perang Dunia II. Kala itu, usianya masih 14 tahun.
Peti jenazahnya didorong perlahan-lahan, melalui ibu kota dalam cuaca yang dingin, di bawah suhu nol derajat Celcius.
Banyak simpatisan yang membawa serta spanduk bertuliskan "Pahlawan kita Kim Bok-dong" (Our hero Kim Bok-dong) dan menyerukan kalimat sumpah serapah yang berbunyi anti-Jepang.
Pada hari itu, sebuah upacara penghormatan terakhir digelar untuk Kim, di jalan yang berada di samping patung perunggu gadis Korea yang duduk menghadap ke arah depan Kedubes Jepang di Seoul.
Patung tersebut merupakan sebuah simbol yang mewakili 200.000 wanita dari Korea Selatan dan negara-negara Asia lainnya yang dipaksa menjadi pekerja seks komersial di rumah-umah bordil Jepang selama masa perang.
Kim Bok-dong, oleh sebagian besar wanita warga negara Korea Selatan, dianggap sebagai pemimpin terkasih dari gerakan protes "wanita penghibur".
Para pendukung Kim mengatakan, sebelum ajal menjemputnya, Kim meniggalkan kata-kata terakhir berupa kemarahan terhadap Jepang. Dia ingin agar perjuangannya untuk mengungkapkan keadilan tidak berhenti sampai di sini.
Sementara pihak Jepang mengklaim, masalah tersebut sebenarnya sudah diselesaikan dengan perjanjian. Selain itu, mereka juga telah melayangkan permintaan maaf kepada Kim dan seluruh perempuan yang merasa menjadi korban.
Akan tetapi, para aktivis kaum Hawa di Korea Selatan menegaskan, sikap Jepang itu tidak cukup. Akibatnya, mereka menuntut permintaan maaf dan reparasi yang lebih formal dari Tokyo.
"Kim mewariskan kepada kami pelajaran tentang perdamaian, apa itu hak asasi manusia, membantu mereka yang lemah dan yang terluka," kata Presiden Korean Council for the Women Drafted for Military Sexual Slavery by Japan, Yoon Mi-hyang, seperti dikutip dari CNN, Minggu (3/2/2019).
Tak Bisa Punya Keturunan
Menurut cerita Kim semasa hidupnya, tentara Jepang datang ke rumahnya ketika dia masih remaja. Kala itu umurnya baru 14 tahun. Entah dari mana mereka mengetahui alamat rumah Kim.
Seorang komandan menyampaikan kepadanya bahwa dia akan diterbangkan ke Jepang untuk membantu Negeri Matahari Terbit selama Perang Dunia II, di mana Korea Selatan adalah koloni Jepang.
Kim mengira dia akan dipekerjakan sebagai buruh pabrik. Namun, dugaannya salah besar.
Setelah delapan tahun berikutnya, ketika usianya 22 tahun, Kim dijemput oleh tentara yang dahulu menyambangi kediamannya. Dia pun dibawa, ketika pasukan kekaisaran Jepang menyebar ke seluruh Asia.
Tiba di Jepang, dia justru dijebloskan ke lokalisasi dan dipaksa untuk melayani permintaan tentara-tentara yang berahi.
"Setiap hari Minggu, pasukan-pasukan itu datang ke rumah bordil dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore," kata Kim kepada CNN dalam sebuah wawancara pada tahun 2012.
"Pada hari Sabtu, dari siang sampai jam 5 sore, ditambah hari kerja. Saya tidak bisa bergerak di akhir pekan, fisik saya rusak," kenangnya sedih.
Namun, bagi Kim, 'pil pahit' tersebut bukanlah kiamat. Setelah perang, dia berkeliling dunia. Kali ini atas kemauannya sendiri, untuk menceritakan kisah tragis yang dialaminya dan meningkatkan kesadaran akan masalah "wanita penghibur". Dia bahkan menginjakkan kakinya di Jepang.
Pada suatu hari, Kim mengklaim bahwa dirinya tidak akan pernah bisa punya anak dari hasil perkawinan, seumur hidupnya. Hal ini lantaran kejadian yang menimpanya di masa lalu dan Jepang telah menghancurkan masa depannya.
"Di usia saya yang renta, saya tidak akan pernah mendengar satu orang pun yang memanggil saya 'ibu', saya tidak bisa punya anak," tambah Kim.
Saksikan video pilihan berikut ini:
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping http://bit.ly/2GhgQr3Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Eks Korban Budak Seks Jepang, Melawan Hingga Ajal Menjemput"
Post a Comment