Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar de facto Arab Saudi untuk RI, Yahya Hassan al-Qahtani melawat ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Kamis 3 Januari 2019. Ia diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
Lawatan itu dilakukan menyusul ketegangan antara duta besar Arab Saudi untuk RI yang menjabat sebelumnya, Osama bin Mohammed Abdullah al-Shuaibi, dengan NU. Hal itu dipicu oleh polemik tweet yang diunggah Osama seputar insiden pembakaran bendera tauhid pada hari santri di Garut, Oktober 2018.
Lewat twitnya pada 2 Desember 2018, Osama menyatakan dalam aksara Arab tentang "Aksi massa yang menggelar protes pembakaran bendera tauhid oleh organisasi sesat atau menyimpang." Aksi massa yang ia maksud merujuk pada gelaran Reuni 212.
Twit itu kemudian menuai respons keras dari Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan sayap Nahdlatul Ulama (NU). Pihak NU pun melayangkan surat permohonan kepada Kementerian Luar Negeri RI untuk memberikan 'korespondensi' diplomatik kepada dubes Saudi.
Ketegangan itu kemudian memicu Osama ditarik dari posisinya di Indonesia. Posisinya kini diisi oleh Yahya al-Qahtani --yang secara definitif menjabat sebagai Duta Besar, namun belum memberikan Credential Letters (Surat Kepercayaan) kepada Presiden RI, yang merupakan syarat de jure untuk menduduki jabatan itu.
Menjelaskan lawatan Dubes Yahya ke PBNU dalam konferensi pers bersama, Said Aqil mengatakan, "Kunjungan beliau adalah untuk memperbarui dan mempertegas kembali hubungan antar ulama NU dan Arab Saudi."
"Kita NU sudah lama bersaudara dengan Arab Saudi. Kalaupun sempat ada gesekan, itu wajar, namanya juga saudara," tambahnya.
Said Aqil menjelaskan bahwa dirinya, selaku Ketua PBNU, mengaku sempat tersinggung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Dubes Osama al-Shuaibi. Said Aqil menilai, twit yang diunggah Osama telah mencampuri urusan domestik Indonesia.
"Adapun komentar tentang persoalan yang membakar bendera itu, saya tersinggung. Banser, Ansor disebut sebagai organisasi sesat. Padahal oknum yang membakarnya sudah kita tegur, sudah diberi sanksi, sudah dihukum 10 hari di penjara. Kita sudah ketemu Polisi, ketemu panglima TNI, selesai. Ketemu Menkopolhukam Wiranto, juga sudah selesai."
"Saya, ketika diminta untuk mengomentari pembunuhan Jamal Khashoggi, saya menolak. Karena menurut saya, itu urusan politik domestik Arab Saudi," jelas Said Aqil.
"Tapi kini masalah (soal polemik twit Osama) sudah selesai, yang sudah ya sudah," tambahnya.
Pada gilirannya, Dubes Yahya al-Qahtani mengatakan, "Saya ke sini untuk silaturahmi, memperkuat hubungan masyarakat Arab Saudi dengan NU," ujarnya dalam Bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Said Aqil.
Dubes Yahya juga mengatakan bahwa dirinya mengharapkan hubungan yang semakin kuat antara Arab Saudi dengan Indonesia. "Karena Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia."
Ia juga mengatakan bahwa akan bertandang lagi ke PBNU guna membahas "prospek kerja sama beasiswa pendidikan langsung antara Arab Saudi-NU" dan sejumlah rencana kemitraan lainnya.
Simak video pilihan berikut:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dubes Baru Arab Saudi Melawat ke PBNU, Ini yang Dibahas"
Post a Comment