Search

Musim Dingin yang Membeku di Suriah Menewaskan 15 Bayi

Liputan6.com, Damaskus - Lima belas bayi dilaporkan meninggal di Suriah, karena kurangnya perawatan medis dan kondisi tempat tinggal yang tidak memadai untuk orang-orang terlantar di tengah suhu yang membeku. Demikian menurut laporan PBB.

Organisasi kemanusiaan dunia ini juga memperingatkan bahwa akan ada sejumlah kematian lain.

Delapan bayi di kamp Rukban di perbatasan Yordania, dikabarkan meninggal karena hipotermia pada bulan lalu, sebuah pernyataan dari UNICEF pada hari Selasa, 15 Januari.

Tujuh lainnya, kebanyakan di bawah satu tahun, mengembuskan nafas terakhir lantaran kedinginan dalam beberapa pekan terakhir, ketika keluarga mereka melarikan diri dari pertempuran di Hajin --salah satu daerah terakhir yang dikuasai oleh ISIS di Suriah timur.

"Pilek ekstrem dan kurangnya perawatan medis, untuk ibu sebelum dan pascakelahiran serta untuk bayi baru lahir, telah memperburuk kondisi ini," kata Geert Cappelaere, direktur regional UNICEF, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (16/1/2019).

“Kehidupan bayi-bayi itu terus dipersingkat oleh kondisi kesehatan yang sebenarnya dapat dicegah atau diobati. Tidak ada pengecualian untuk ini, karena kita sudah masuk pada Abad ke-21. Kematian manusia seperti ini harus diakhiri mulai sekarang," tegasnya.

Cuaca di musim dingin yang beku di Suriah, membuat infrastruktur yang telah dibangun menjadi tidak memadai untuk sekitar 6 juta penduduk yang mengungsi ke wilayah perbatasan karena perang. Demikian pula bagi sekitar 4 juta warga yang tinggal di dekat negara tetangga seperti Yordania, Lebanon, dan Turki.

Perkiraan cuaca menunjukkan, udara dingin diprediksi akan memburuk, membawa lebih banyak salju, angin kencang, dan suhu yang rendah.

Orang-orang di kamp Rukban adalah pihak yang dilaporkan paling menderita. Dihuni oleh 50.000 orang, 80% di antaranya adalah wanita dan anak-anak, wilayah di zona demiliterisasi antara Suriah dan Yordania ini tak lagi mendapatkan medis dan tenaga dokter.

Penyebabnya adalah karena terputusnya jalur yang mengarah ke lokasi pengungsian ini, yang merupakan wilayah perbatasan yang diperebutkan ISIS.

Tidak ada pasokan bantuan yang dilaporkan telah mencapai Rukban sejak November 2018. Mirisnya, fakta ini memaksa sebagian besar pengungsi bergantung pada penyelundup makanan dan obat-obatan.

Pada tahun 2018 setidaknya 12 orang meninggal karena kekurangan gizi dan komplikasi, yang timbul dari kurangnya perawatan medis yang tepat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping http://bit.ly/2TMADCa

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Musim Dingin yang Membeku di Suriah Menewaskan 15 Bayi"

Post a Comment

Powered by Blogger.