Qatar adalah salah satu pemasok gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, menghasilkan hampir 30 persen dari total dunia.
"Tapi Qatar adalah pemain kecil di OPEC, maka tidak masuk akal jika kami fokus pada hal-hal yang bukan kekuatan kami," Al Jazeera melaporkan, mengutip perkataan Menteri Energi Qatar Saad Sherida al-Kaabi.
"Kekuatan kami adalah gas alam, itulah mengapa kami membuat keputusan ini," lanjut laporan itu.
Al-Kaabi menambahkan keputusan untuk meningkatkan pasokan gas alam adalah untuk "mengembangkan strategi masa depan berdasarkan pertumbuhan dan ekspansi, baik dalam kegiatannya di dalam maupun di luar negeri."
"Guna mencapai strategi pertumbuhan ambisius, kami pasti akan membutuhkan upaya, komitmen dan dedikasi yang terfokus untuk mempertahankan dan memperkuat posisi Qatar sebagai produsen gas alam terkemuka," tambahnya.
Qatar berbagi ladang gas alam terbesar di dunia, North Field, dengan Iran.
Pada bulan September 2018, Qatar mengumumkan akan meningkatkan produksi gas alamnya dengan menambah lini produksi keempat, untuk meningkatkan kapasitas dari North Field menjadi 110 juta ton per tahun.
Sebagian besar 80 juta ton pasokan LNG tahunan Qatar dikirim dalam tanker ke berbagai negara.
Selama satu setengah tahun, Qatar telah berada di bawah embargo oleh beberapa tetangganya termasuk pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi. Sebagai tanggapan, Qatar meningkatkan produksi gas, andalan ekonominya, tahun lalu.
Qatar akan menjadi negara Timur Tengah pertama yang keluar dari OPEC, yang hanya berurusan dengan produksi minyak mentah.
Kontribusi Qatar dinilai marginal dibandingkan dengan beberapa produsen terbesar OPEC seperti Arab Saudi dan Irak. Mereka memompa sekitar 600.000 barel minyak per hari dari hampir 25 juta barel per hari dari semua anggota OPEC.
"Qatar adalah produsen yang cukup kecil ... (keluarnya mereka) tidak berpengaruh banyak sehingga tidak begitu signifikan, bahkan bagi mereka sendiri," kata Robin Mills, CEO Qamar Energy, sebuah perusahaan konsultan yang berbasis di Dubai, seperti dikutip dari CNN.
"Tapi ini mengecewakan bagi OPEC karena mereka tengah berusaha menarik anggota."
OPEC telah berkembang di Afrika, dengan Kongo dan Guinea Khatulistiwa baru bergabung baru-baru ini. "Jika Anda menambahkan mereka berdua, produksi mereka sama dengan Qatar, jadi itu seperti kehilangan produksi yang setara dari anggota baru tersebut," tambah Mills.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping https://ift.tt/2FTlxZqBagikan Berita Ini
0 Response to "Qatar Jadi Negara Teluk Pertama yang Keluar OPEC"
Post a Comment