Search

6-9-1966: Arsitek Apartheid Tewas Ditikam di Sidang Parlemen Afrika Selatan

Liputan6.com, Pretoria - Pada Selasa 6 September 1966, saat jarum jam menunjuk ke pukul 14.15, seorang pria gagah berseragam kurir berwarna biru memasuki gedung parlemen Afrika Selatan. Ia berjalan menuju kursi di barisan depan di mana Perdana Menteri Hendrik Verwoerd berada.

Sekonyong-konyong, ia mencabut pisau seharga dua dolar dari sabuknya dan menikam sang perdana menteri yang belum lama memasuki ruangan sidang di House of Assembly.

Pelaku menikam korban empat kali, di bagian leher dan dada, sebelum ditaklukkan oleh sejumlah anggota parlemen. Empat politikus yang berlatar belakang dokter kemudian bergegas menolong Verwoerd dengan memberikan Resusitasi jantung paru-paru atau CPR (cardiopulmonary resuscitation).

PM Verwoerd lantas dilarikan ke Groote Schuur Hospital, namun ia dinyatakan meninggal dunia saat kedatangannya di RS.

Perdana Menteri Afrika Selatan, Hendrik Verwoerd tewas ditikam di gedung parlemen (AFP)

Pemakaman kenegaraan Verwoerd di Pretoria pada 10 September 1966 dihadiri seperempat juta orang, hampir semuanya berkulit putih. Sementara, karpet bernoda darah yang menetes dari tubuh sang perdana menteri masih terpasang di gedung parlemen sebelum akhirnya diganti pada 2004.

Perdana Menteri Hendrik Verwoerd disebut-sebut sebagai 'arsitek apartheid -- sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal Abad ke-20 hingga tahun 1990.

Ia berperan membentuk aturan pelaksanaan apartheid saat menjadi menteri urusan pribumi dan kemudian perdana menteri. Verwoerd pernah menggambarkan apartheid sebagai "kebijakan bertetangga yang baik".

Selama masa jabatannya sebagai perdana menteri, gerakan anti-apartheid seperti Kongres Nasional Afrika (ANC) dan Pan Africanist Congress (PAC) dilarang. Para tokohnya pun diseret ke meja hijau dan dipenjarakan.

Pembunuh atau Pahlawan?

Meski terang-terangan menikam PM Afrika Selatan hingga tewas, pelakunya Dimitri Tsafendas lolos dari hukuman mati.

Sekitar 1,5 bulan setelah insiden penikaman tersebut, Hakim A.B. Beyers memutusnya tak waras dan tidak memenuhi syarat untuk diadili. Namun, untuk menjaga perasaan Kantor Kepresidenan, ia memerintahkan terdakwa ditahan.

"Saya tak bisa menyidang seorang pria yang tak tak bisa berpikir rasional seperti halnya saya tak bisa mengadili seekor anjing," kata hakim.

Namun, seperti dikutip dari Daily Nation, Tsafendas konon sepenuhnya waras dan tak sinting. Namun, rezim apartheid tak mau mengakui seorang komunis, yang pernah ditahan lima kali atas aktivitas subversif, mengelabui sistem keamanan dan diterima bekerja di gedung parlemen.

Pihak penguasa tak mau Tsafendas dianggap martir jika ia dieksekusi mati. Lebih jauh lagi, mereka tak ingin terlihat ada oposisi atas aturan apartheid yang diberlakukan.

Padahal, diduga kuat, Tsafendas merencanakan pembunuhan itu dengan cermat, mengaturnya sedemikian rupa menjadi tyrannicide -- pembunuhan terhadap seorang tiran yang lalim.

Ia yang berdarah campuran -- ayahnya adalah seorang insinyur berkulit putih asal Jerman sementara sang ibu yang asal Mozambik berkulit hitam -- berharap, tanpa sang arsitek apartheid, Afrika Selatan akan berubah, pemisahan rasial akan tamat.

Butuh waktu bertahun-tahun hingga transformasi itu terjadi. Baru pada 1990 apartheid dihapus.

Menurut media Inggris, The Guardian, Tsafendas bisa dibilang adalah seorang pria yang mengubah sejarah Afrika Selatan pasca-perang. Seorang pahlawan yang terlupakan.

Namun, Dimitri Tsafendas seakan menghilang dari sejarah. Dalam buku monumental karya Anthony Sampson, Mandela: The Authorised Biography hanya disebutkan bahwa Verwoerd "dibunuh oleh kurir kulit putih yang gila."

Sementara, sejarah akademis Afrika Selatan juga menyebut 'kurir di parlemen yang gila' dan The New Penguin Encyclopaedia hanya mengatakan Verwoerd "dibunuh di Cape Town." Tidak ada nama pelaku yang disebut.

Makamnya di sebelah rumah sakit jiwa di mana ia meninggal pada usia 81 tahun tetap anonim, ditutupi rumput, tanpa penanda.

Ia dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Jiwa Sterkfontein, Afrika Selatan akibat pneumonia.

Saksikan video menarik terkait Afrika Selatan berikut ini: 

Praktik ilmu hitam atau black magic masih amat kental di Afrika Selatan. Salah satunya yang terpampang nyata terlihat di video ini.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping https://ift.tt/2M1aoUk

Bagikan Berita Ini

0 Response to "6-9-1966: Arsitek Apartheid Tewas Ditikam di Sidang Parlemen Afrika Selatan"

Post a Comment

Powered by Blogger.