Search

Imigran Gelap Filipina Terlibat dalam Kasus Penculikan 2 Nelayan WNI di Sabah?

Insiden penculikan terbaru pada 11 September 2018 telah membuat penduduk di daerah itu takut dan membangkitkan kembali memori pahit tentang kasus penculikan-untuk-tebusan yang marak sejak tahun-tahun terakhir.

Pelaku yang paling menonjol adalah Kelompok Abu Sayyaf (ASG) yang terkenal, yang diyakini kuat berbasis di Filipina selatan.

Kelompok itu bertumbuh sejak 1990-an atas pendanaan dari Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Ketika kelompok tersebut meredup, Abu Sayyaf berpindah afiliasi, dengan mengikrarkan diri kepada ISIS.

Militan Abu Sayyaf telah menculik puluhan penduduk setempat dan orang asing dalam 20 tahun terakhir, dan memenggal korban mereka ketika tuntutan tebusan tidak dipenuhi.

Namun Abu Sayyaf bukan satu-satunya penculik yang beroperasi di perairan lepas pantai Sabah dan di Laut Sulu, yang dikenal sebagai salah satu jalur pelayaran paling berbahaya di dunia.

Menurut Esscom, ada banyak kelompok kecil yang bekerja bersama dengan Abu Sayyaf --salah satunya Kelompok Maute, yang menjadi dalang atas pecahnya pertempuran Marawi 2017.

"Abu Sayyaf membayar kelompok-kelompok ini dan memberi mereka perahu, senjata dan bensin dan mereka (penculik) akan datang ke sini (Sabah) untuk melakukan penculikan," kata komandan Esscom, Hazani Ghazali kepada Channel News Asia.

"Mereka akan menangkap para sandera dan menyerahkannya kepada Abu Sayyaf yang kemudian akan menuntut tebusan."

Uang tebusan kadang-kadang dibagi dengan "seluruh desa" --yang 'berkoalisi dengan Abu Sayyaf-- sebagai hadiah untuk memberikan informasi intel kepada para penculik.

Namun terkadang, Abu Sayyaf melakukan sendiri penculikan dan penyanderaan terhadap orang lokal dan orang asing.

Pada tahun 2000, mereka melakukan serangan berani di sebuah resor di pulau Sipadan dan mengambil 21 sandera, yang kebanyakan turis asal Barat.

Dari 2003 hingga 2014, sandera diambil dari resort di pulau Pandanan (2003), pulau Pom Pom (2013) dan kota Semporna (2014).

Tahun 2016 adalah yang terburuk, dengan 10 insiden penculikan dilaporkan.

Kendati demikian, Esscom mengaku telah memberantas setidaknya sembilan sindikat yang terafiliasi dengan Abu Sayyaf atau kelompok penculik lain.

Patroli Trilateral

Dalam upaya untuk membatasi pembajakan dan penculikan di Laut Sulu, tiga negara Malaysia, Indonesia dan Filipina meluncurkan patroli laut dan udara trilateral sejak 2017.

Upaya itu terbayar karena tidak ada insiden penculikan yang tercatat sepanjang 2017, setelah terjadi pemuncakan kasus secara drastis pada 2016.

Menambahkan, Esscom mengatakan bahwa mereka telah menggagalkan lima usaha penculikan pada tahun lalu, dengan sembilan penculik ditembak mati dalam berbagai operasi penyergapan.

Dari sembilan, tujuh diyakini terkait dengan Abu Sayyaf.

"Patroli trilateral telah sangat membantu dalam mengurangi insiden penculikan," kata ketua Esscom, Hazani.

"Setelah penculikan terakhir, kami melakukan lebih banyak operasi di laut. Kami berharap dapat menghilangkan ancaman ini."

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping https://ift.tt/2NlF3kD

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Imigran Gelap Filipina Terlibat dalam Kasus Penculikan 2 Nelayan WNI di Sabah?"

Post a Comment

Powered by Blogger.