Liputan6.com, Irak - Empat demonstran terbunuh oleh tabung gas air mata di Baghdad, Irak pada Kamis 14 November 2019. Hal itu terjadi ketika pasukan keamanan berusaha menghentikan gerakan akar rumput terbesar untuk menyapu Irak dalam beberapa tahun.
Elite politik Irak mendapat tekanan baru dalam beberapa hari terakhir. Baik dari jalanan maupun masyarakat internasional untuk secara serius menanggapi seruan untuk reformasi.
Perserikatan Bangsa-bangsa, Amerika Serikat dan kelompok-kelompok hak asasi manusia seluruhnya mengkritik tanggapan keras pemerintah Baghdad terhadap protes yang telah menewaskan lebih dari 330 orang sejak awal Oktober 2019 ini, seperti dilansir nst.com, Sabtu (16/11/2019).
Sementara itu pada Kamis pagi, empat pemrotes tewas ketika mereka dihantam oleh tabung gas air mata di dekat kamp protes utama ibukota di Tahrir Square (Liberation), sumber medis mengatakan.
Dalam pertempuran sengit, sekelompok pria muda yang mengenakan topeng bedah dan helm konstruksi melemparkan tabung gas air mata ke arah polisi anti huru hara yang ditempatkan di balik dinding ledakan beton.
Kemudian dikutip dari abcnews.go.com, bentrokan tersebut juga turut melukai setidaknya 62 orang.
Serangan Berlebihan Keamanan Irak
Para pengunjuk rasa telah menduduki alun-alun selama tiga minggu. Mereka menantang peluru tajam, granat setrum. Serta, bahkan tembakan senapan mesin, seperti dilansir nst.com.
Sementara itu, pasukan keamanan sangat bergantung pada gas air mata untuk mengurung mereka di Tahrir.
Lalu, kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh mereka menembakkan kaleng-kaleng itu secara tidak langsung ke kerumunan dalam jarak dekat. Hal tersebut meremukkan tengkorak dan dada pengunjuk rasa.
Tak hanya itu, seorang aktivis yang marah mengingatkan pasukan keamanan bahwa pemimpin agama Syiah atau marjaiyah, sudah mengutuk kekerasan yang berlebihan tersebut.
“Bukankah marjaiyah mengatakan pasukan tidak boleh menggunakan tembakan langsung?” Kata altivis tersebut berteriak dengan marah.
"Apakah ini tidak dianggap sebagai tembakan langsung?" imbuhnya
Terlepas dari itu, tepat di sampingnya, seorang demonstran dibawa pergi setelah jatuh di tanah. Ia terkena oleh gas air mata yang kuat.
Selain itu, dikutip dari nst.com, kematian hari Kamis menandai kebangkitan pertumpahan darah setelah beberapa hari protes yang relatif damai di ibukota.
Kerumunan di Tahrir telah membengkak lagi dengan para siswa dan guru yang menyerang dalam beberapa hari terakhir.
Di bagian selatan Diwaniyah, Nasiriyah, Hilla dan Kut, sekolah dan sebagian besar kantor pemerintah tutup pada Kamis.
Sementara itu, di sebuah kota di utara Nasiriyah, pasukan keamanan memberlakukan jam malam baru mulai dari pukul 16:00 waktu setempat hingga pagi berikutnya.
Bala bantuan juga tiba di daerah itu untuk membantu menahan unjuk rasa di sana, kata sumber keamanan. Hal itu dilakukan usai pengunjuk rasa membakar rumah pejabat setempat dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan, Kota Tua Najaf yang merupakan salah satu situs paling suci Syiah Islam, turut bergabung dengan unjuk rasa umum pada Kamis.
Penyebab Kemarahan Warga Irak
Para pengunjuk rasa marah dengan apa yang mereka katakan adalah korupsi yang meluas, kurangnya kesempatan kerja dan layanan dasar yang buruk. Termasuk pemadaman listrik, meskipun kekayaan minyak negara itu sangat besar, seperti dilansir abcnews.go.com.
Mereka sejauh ini menolak proposal pemerintah untuk reformasi ekonomi dan konstitusi. Serta, menyerukan seluruh kepemimpinan politik untuk mengundurkan diri, termasuk Perdana Menteri Irak, Adel Abdul-Mahdi.
Pihak berwenang Irak mulai menekan demonstrasi publik pekan lalu.
Mereka melakukan itu dengan mendorong pengunjuk rasa kembali dari tiga jembatan yang membentang di Sungai Tigris menuju Zona Hijau yang dibentengi. Zona Hijau sendiri merupakan tempat kedudukan pemerintah dan sejumlah kedutaan besar asing berada.
Para pengunjuk rasa Irak mengatakan tindakan keras yang meningkat sudah menanamkan rasa takut dan mengurangi jumlah pemilih. Namun, hal itu memperbaharui seruan bagi orang-orang untuk kembali ke jalan-jalan Baghdad dalam jumlah besar akhir pekan ini. Yaitu protes dengan satu juta orang turun ke jalan pada Jumat.
Sementara itu, Human Rights Watch mengatakan pasukan keamanan Irak sudah menyerang pekerja medis karena merawat demonstran. Lembaga tersebut juga menuduh mereka menembaki pekerja medis, tenda dan ambulans dengan gas air mata, serta peluru tajam.
Akibat serangan itu, sedikitnya satu petugas medis tewas, kata lembaga tersebut. direktur Timur Tengah di Human Rights Watch, Sarah Leah Whitson turut berkomentar perihal peningkatan kekerasan yang terjadi.
"Para petugas medis telah menjadi korban lain dari kekuatan berlebihan negara," kata Sarah Leah Whitson, direktur Timur Tengah di Human Rights Watch.
"Serangan-serangan ini menunjukkan ketidakpedulian yang besar terhadap kebutuhan utama untuk memastikan pekerja medis dapat melakukan pekerjaan penting mereka,” tutup Sarah Leah.
Reporter: Hugo Dimas
Bagikan Berita Ini
0 Response to "4 Orang Tewas dalam Demo Rusuh Terbaru di Irak"
Post a Comment