Liputan6.com, Jakarta - Beberapa mata uang negara-negara yang perekonomiannya sedang bangkit (emerging markets) melemah terhadap dolar Amerika. Di antaranya yang terparah adalah Peso Argentina, Lira Turki, Rupee India, dan Rupiah. Namun, mata uang Thailand, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan mampu bertahan dengan baik.
Di tengah pelemahan mata uang negara-negara yang perekonomiannya sedang bangkit (emerging markets) selama dua minggu terakhir, mata uang beberapa negara relatif bisa bertahan dengan baik terhadap dolar Amerika.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (9/9/2018), pertama, mata uang Thailand Baht, yang merupakan mata uang Asia dengan kinerja terbaik karena mengalami kenaikan 1,3 persen terhadap dolar AS sejak pertengahan Agustus, dan juga nilainya terus stabil sepanjang tahun.
Kedua, meskipun tidak sekuat mata uang Baht, Ringgit Malaysia juga terbukti cukup tangguh, karena tidak terpengaruh oleh pelemahan mata uang negara-negara lainnya terhadap dolar AS dalam dua-tiga minggu terakhir.
Baik Thailand maupun Malaysia memiliki beberapa kesamaan dalam fundamental ekonomi mereka, yaitu: tingkat inflasi yang rendah serta surplus transaksi berjalan yang besar.
Thailand memiliki surplus transaksi berjalan yang besar, sebagian didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisatanya yang sangat kuat. Surplus transaksi berjalan mendukung kuatnya nilai mata uang suatu negara, karena itu berarti negara tersebut kurang bergantung pada mata uang asing, demikian menurut seorang analis.
Selain itu, Thailand adalah eksportir besar mobil dan barang-barang lainnya, yang juga memberikan kontribusi penting terhadap surplus transaksi berjalan.
Sementara, Malaysia adalah eksportir minyak yang cukup besar, sehingga harga minyak yang menguat telah membantu surplus transaksi berjalan negara itu di samping ekspor komoditas seperti kelapa sawit, menurut analis lainnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Di Tengah Pelemahan Rupiah dan Lira, Bath dan Ringgit Stabil"
Post a Comment