Search

1-5-1945: Putus Asa Ditinggal Hitler, Pejabat Nazi Ini Bunuh Diri

Liputan6.com, Berlin - Hari itu, 1 Mei 1945, Reich Ketiga Nazi di ujung tanduk. Tentara Merah Uni Soviet tinggal beberapa langkah dari Berlin.

Sehari sebelumnya, Adolf Hitler memilih mati bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri di Fuhrerbunker. Pasangannya, Eva Braun, tewas didekatnya usai menelan kapsul sianida.

Joseph Goebbels, orang dekat Hitler yang ditunjuk sang fuhrer sebagai kanselir, masih ada di dalam bunker. Ia mendiktekan surat yang ditujukan pada Jenderal Vasily Chuikov, komandan unit militer 8th Guards Army. Jenderal Hans Krebs ditugaskan untuk mengantarnya, di bawah naungan bendera putih.

Surat itu mengabarkan kematian Hitler dan tawaran gencatan senjata. Pihak Soviet menolak mentah-mentah usulan itu. Goebbels pun kecewa berat. Ia putus asa tapi tak kuasa kabur. Bekas menteri propaganda Nazi itu memilih jalan pintas.

Goebbels berniat bunuh diri. Hari itu juga. Tapi tidak sendirian. Ia juga akan mengakhiri hidup istrinya, Magda Goebbels dan enam anak mereka, Helga (12), Hildegard (11), Helmut (9), Holdine (8), Hedwig (6), dan Heidrun (4) -- semua nama diawali huruf 'H', sebagai penghormatan pada Hitler.

Dokumen perkara di pengadilan pada 1959, yang memuat kesaksian Dr Helmut Kunz, memberi gambaran apa yang terjadi saat itu.

Perintah dari Hitler

Dr Helmut Kunz adalah orang yang membantu menghabisi enam bocah tersebut. "Menjelang akhir April, Magda mendatangi saya dan berkata, 'Aku butuh bantuanmu untuk membunuh anak-anak'. Saya menolaknya, dengan mengatakan bahwa itu bukan tanggung jawab saya," kata Kunz dalam dokumen pengadilan.

Kala itu, Kunz mengaku memilirkan dua putrinya yang terbunuh dalam serangan udara Amerika Serikat beberapa bulan sebelumnya di Lucka.

"Namun, Magda Goebbels bersikukuh. Ia kemudian menyatakan, itu bukan permintaan, tapi perintah dari Hitler.

Helmut Kunz awalnya adalah seorang dokter gigi di divisi panzer SS terkenal, Totenkopf. Ia kemudian menjadi sahabat dekat Hitler dan dipindah kerja ke kantor kanselir.

Kunz mengaku sempat kabur. Namun, jejaknya tercium oleh Magda Goebbels. San, pada 1 Mei 1945 malam, ia dipaksa untuk melaksanakan tugas mengerikan itu.

"Anak-anak itu berada dalam satu kamar," kata dia. "Namun, mereka tak tidur."

"Jangan takut," kata Magda pada enam anaknya yang berbaring di tempat tidur, "Dokter akan memberi kalian suntikan. Semua anak tentara mendapatkannya."

Magda kemudian meninggalkan kamar. "Aku menyuntikkan morfin ke mereka -- pertama ke anak perempuan sulung, anak laki-laki, dan anak-anak perempuan lainnya. Butuh waktu 10 menit untuk melakukannya."

Setelah anak-anak itu tak sadarkan diri, Magda masuk kembali dalam kamar. Di tangannya ada sejumlah kapsul sianida. Perempuan itu berada di sana selama beberapa menit, sebelum melangkah keluar sambil menangis.

"Dokter, aku tak bisa melakukannya. Kau yang harus melakukannya," kata dia, histeris.

Kunz menolak. Kemudian Dr Ludwig Stumpfegger, seorang dokter yang dekat dengan Heinrich Himmler, datang. Ia yang kemudian memasukkan kapsul-kapsul sianida ke mulut masing-masing bocah itu. Mereka tak pernah bangun.

Petugas koroner Rusia yang melakukan pemeriksaan post-mortem pada jasad anak-anak itu menyimpulkan, kematian mereka adalah akibat racun sianida.

Setelahnya, Joseph Goebbels menembak istrinya, sebelum menembak dirinya sendiri. Kematian mereka dianggap contoh fanatisme di kalangan elite Nazi.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping http://bit.ly/2ZLFfwa

Bagikan Berita Ini

0 Response to "1-5-1945: Putus Asa Ditinggal Hitler, Pejabat Nazi Ini Bunuh Diri"

Post a Comment

Powered by Blogger.