Search

Kaisar Baru Jepang Naruhito, Sosok Akademisi Penyayang Keluarga

Liputan6.com, Tokyo - Naruhito adalah kaisar ke-126 Jepang. Lulusan kampus ternama Universitas Oxford ini menjadi putra mahkota pada usia 28 tahun.

Menurut BBC yang dikutip Rabu (1/5/2019), Naruhito merupakan sosok kaisar Jepang yang memiliki perbedaan dalam banyak hal dari para pendahulunya yang lebih terikat tradisi.

Putra Mahkota Naruhito juga dikenal secara konsisten menantang tradisi dengan memprioritaskan keluarga dan kehidupan akademiknya.

Hal itu memicu tanya para pengamat apakah sang pangeran akan menyesuaikan posisinya di masa depan dengan kebutuhan dunia yang sedang berubah, sementara ia harus berdiri di atas warisan para pendahulunya.

Seorang Akademisi

Putra Mahkota Naruhito yang berusia 59 tahun kini sudah resmi menjadi Kaisar Jepang merupakan sosok berbeda secara signifikan dari para pendahulunya.

Tidak seperti ayahnya, yang adalah putra mahkota sejak lahir, ia memiliki kesempatan untuk menempuh studi pendidikan dan impiannya sendiri ketika masih muda.

Setelah lulus dengan gelar di bidang sejarah dari Universitas Gakushuin yang bergengsi di Tokyo, sang pangeran belajar di Universitas Oxford Merton dari tahun 1983 hingga 1985.

Dia mempelajari sejarah transportasi di Sungai Thames, menyoroti minat pada saluran air yang dilanjutkan dengan penelitian doktoral di Gakushuin.

Masa studinya di Oxford meninggalkan jejak kuat pada Pangeran Naruhito. Dalam memoarnya tahun 1993 "The Thames and I", ia menggambarkan periode itu sebagai "waktu paling bahagia" dalam hidupnya.

Meskipun memikul lebih banyak tanggung jawab kerajaan sejak 1991 sebagai putra mahkota, ia mempertahankan hasratnya untuk menjadi seorang akademisi dan peduli soal masalah air global. Dia bahkan menjabat sebagai Presiden Advisory Board on Water and Sanitation di PBB dari 2007 hingga 2015.

Sosok Penyayang Keluarga

Pangeran Naruhito tinggal bersama keluarganya sampai usia 30 tahun, sebuah penyimpangan dari tradisi kekaisaran yang membutuhkan kaisar masa depan untuk diangkat oleh rakyatnya.

Hal ini bertujuan untuk menanamkan pertimbangan bagi orang-orang di tempat keterikatan pribadi. Saat putra mahkota terlahir, kehidupan keluarganya pun dianggap sama pentingnya seperti didikan kepadanya.

Pentingnya keluarga bagi Putra Mahkota Naruhito terlihat saat istrinya berjuang mengatasi "gangguan penyesuaian" yang berhubungan dengan stres.

Putri Mahkota Masako, seorang mantan diplomat, didiagnosis menderita depresi pada tahun 2004 karena tekanan kehidupan kekaisaran dan tekanan untuk melahirkan seorang putra.

Pangeran Naruhito kemudian mengambil bagian aktif dalam membesarkan anak mereka, Putri Aiko. Ia juga dengan gigih membela istrinya dari kritik bahwa dia mengabaikan tugas-tugas publik.

Putri Aiko sendiri telah menjadi subjek perdebatan yang lebih luas tentang suksesi kekaisaran. Di bawah Hukum Rumah Tangga Kekaisaran 1947, hanya laki-laki yang bisa naik takhta.

Pada tahun 2004, Perdana Menteri Junichiro Koizumi mengusulkan revisi untuk memungkinkan permaisuri, yang berpotensi menjadikan Putri Aiko sebagai penguasa masa depan Jepang.

Namun, rencana ini terhenti setelah kelahiran sepupunya Pangeran Hisahito pada tahun 2006, dengan kehadiran pewaris laki-laki yang meniadakan urgensi sebelumnya.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping http://bit.ly/2V4eYdM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kaisar Baru Jepang Naruhito, Sosok Akademisi Penyayang Keluarga"

Post a Comment

Powered by Blogger.