:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2783988/original/012648900_1555992672-lanka_2.jpg)
Terkait NTJ, kelompok itu memang bukanlah raksasa dalam konteks organisasi ekstremisme - terorisme berbasis agama.
Kelompok itu juga tergolong baru. Mereka pertama kali masuk dalam radar aparat keamanan Sri Lanka pada 2018, yang melabel NTJ sebagai "kelompok muslim radikal" dan terhubung dengan peristiwa vandalisme terhadap beberapa patung Buddha tahun lalu.
Sementara pada 2016, pemimpin mereka, Abdul Razik, ditangkap dengan tuduhan menghasut rasisme.
Namun kini, mendadak kelompok itu menjadi pusat perhatian internasional yang terkejut bahwa nama 'tak terkenal' dan tak terorganisir bak ISIS atau Al Qaeda bisa melakukan serangan mematikan seperti itu.
"Benar-benar menakutkan bahwa organisasi yang sederhana dan di bawah jangkauan radar yang sebelumnya sedikit dikenal bisa membawa kerusakan dan melakukan serangan yang canggih nan katastropik," kata Michael Kugelman, Deputi Direktur kajian kawasan Asia Selatan untuk the Woodrow Wilson International Center for Scholars di Washington DC, dalam sebuah artikel opini untuk CNN International, Selasa (22/4/2019).
Dalam beberapa tahun terakhir, penyerangan massal yang kompleks dan terkoreografi dengan baik di seluruh dunia biasanya dilakukan oleh kelompok yang telah memiliki nama, seperti Al Qaeda, ISIS, Lashkar-e-Taiba, al-Shabab, Boko Haram, Taliban, dan sebagainya.
NTJ bukan salah satu di antara mereka.
"Dengan demikian, orang akan berasumsi, seperti yang disarankan para pejabat Sri Lanka, bahwa NTJ menerima bantuan dari kelompok luar (internasional)," lanjut Kugelman.
"Tapi itu menimbulkan pertanyaan yang membingungkan," lanjutnya.
Al Qaeda dan ISIS akan menjadi mitra logis bagi NTJ; keduanya telah melakukan serangan seperti hari Minggu di masa lalu.
Namun, kelompok-kelompok ini telah sangat terdegradasi. Terbaru, ISIS mengalami kekalahan teritorial di kantung pertahanan terakhirnya di Suriah pada Maret 2019 --setahun sebelumnya, mereka tamat di Irak.
Kendati demikian, ISIS dan Al Qaeda masing-masing memiliki afiliasi di Asia Selatan, dengan beberapa jangkauan di luar wilayah Afghanistan-Pakistan di mana mereka sebagian besar bermarkas.
Tapi, mereka tidak diketahui memiliki rekam jejak aksi, apalagi menginjakkan kaki, di Sri Lanka. ISIS memang pernah mencoba merekrut anggota dari Negeri Ceylon. Dan, pada tahun 2016, seorang pejabat Sri Lanka mengatakan bahwa 32 warga Sri Lanka telah bergabung dengan kelompok itu.
Namun, tidak pernah ada catatan ISIS atau sel-selnya beroperasi secara signifikan di negara mayoritas Buddha itu.
Dan uniknya, sebagaimana dicatat pula oleh Kugelman, "seandainya Al Qaeda atau ISIS terlibat, orang akan mengharapkan klaim tanggung jawab dari mereka. Tapi nyatannya, tidak ada. Dalam hal ini, NTJ juga tidak mengklaim kredit."
"Beberapa hal lain tidak masuk akal. Dalam beberapa tahun terakhir, Sri Lanka telah melihat beberapa sentimen anti-Muslim, yang dipicu oleh para ekstremis Buddha, dan itu telah menyebabkan serangan episodik terhadap target Muslim.
Tetapi Sri Lanka tidak memiliki sejarah, dulu atau sekarang, masalah dengan radikalisasi Islam.
Lebih jauh, jika sebuah kelompok radikal Islam ingin melakukan serangan di Sri Lanka, orang akan memperkirakan mereka untuk menyerang para penganut Buddha -sebuah kelompok mayoritas yang berselisih dengan umat Islam, bukannya umat Kristen yang sama-sama minoritas seperti mereka."
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping http://bit.ly/2IQMDjCBagikan Berita Ini
0 Response to "Analis: Teror Bom Sri Lanka, Sinyal Ekstremisme Berkembang di Sana?"
Post a Comment