Sementara itu, saus sambal, kari panas, wasabi, dan makanan pedas lainnya, kerap membuat masalah pada seseorang yang sedang menyantap makanan dengan nikmatnya. Di antaranya membuat hidung mengeluarkan cairan semacam ingus, mata berair, dan mulut serasa terbakar.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Dilansir dari Live Science, Rabu 28 November 2018, rasa pedas khas yang dikandung dalam cabai berasal dari senyawa kimia alami bernama capsaicin.
Zat inilah yang menyebabkan sensasi terbakar ketika menyentuh jaringan tubuh. Kualitas iritannya sangat terasa, sehingga semprotan lada disebut lebih melemahkan daripada gas air mata, demikian menurut laporan European Parliament's Scientific and Technological Options Assessment.
Selain itu, ada pula allyl isothiocyanate: minyak yang terkandung dalam seluruh tanaman genus Capsicum. Biasanya, allyl isothiocyanate digunakan oleh manusia sebagai bahan insektisida dan fungisida.
Dua senyawa ini dapat ditemukan pada jaringan plasenta cabai. Umumnya, tanaman tersebut akan memanfaatkan unsur itu sebagai senjata biologis untuk melawan hewan pemangsa.
Cara kerja capsaicin yakni mengiritasi hampir seluruh jaringan lunak yang bersentuhan dengannya, sehingga mendatangkan sensasi terbakar yang luar biasa di lidah.
Di samping itu, zat tersebut juga menyebabkan 'sengatan' yang menyakitkan pada mata dan hidung. Ketika selaput lendir Anda terkena bahan kimia ini, saraf-saraf di dalamnya akan meradang dan mengaktifkan mode pertahanannya.
Itu artinya, saat tubuh memproduksi cairan seperti ingus, lendir ini dipakai untuk menjebak alergen dan bahan tak diinginkan lainnya agar bisa keluar dari sistem pernapasan, dengan membuangnya melalui saluran hidung.
Semakin teriritasi membran hidung Anda, semakin banyak lendir yang dihasilkan.
Anda mungkin pernah memperhatikan bahwa ketika Anda terserang pilek dan hidung mampet, mengonsumsi makanan pedas dapat membuat Anda merasa sedikit lebih baik.
Namun, jangan terkecoh dengan khasiatnya, karena kelegaan itu hanya bersifat sementara dan membuat segala sesuatunya semakin buruk untuk jangka panjang.
Iritasi yang disebabkan oleh capsaicin dan allyl isothiocyanate, membuat otot dilator naris yang ada di hidung mengambil lebih banyak oksigen, meski untuk sementara waktu.
Reseptor di hidung kemudian memberitahu otak bahwa Anda sudah bisa bernapas lebih mudah.
Namun, ini semua adalah tipu muslihat yang rumit. Saat efek dari pedas berkurang, Anda kembali seperti semula: susah menghirup udara pada salah satu lubang hidung dan menghasilkan lebih banyak ingus.
Bagaimana mengobati kepedasan?
Jika Anda mencari cara terbaik untuk mengalahkan rasa pedas, jangan sekali pun minum air mineral dingin, bir, teh, atau kopi. Tenggak saja segelas susu.
Capsaicin mempunyai sifat yang berminyak, sehingga membuatnya susah larut dalam air. Jadi, percuma saja Anda menelan berliter-liter air. Hal ini tak berdampak apa pun untuk mengurangi sensasi terbakar pada mulut Anda.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Physiology & Behavior, susu mengandung protein yang disebut kasein, yang merupakan molekul lipofilik (pecinta lemak) yang mengikat molekul capsaicin dan menetralkan mereka. Layaknya deterjen yang menyingkirkan noda membandel.
Menurut studi serupa, reaksi kimia yang terjadi antara capsaicin dan sukrosa (gula meja), juga bisa meredakan kepedasan.
Untuk itulah, apabila Anda tidak menemukan susu, cobalah melarutkan dua sendok teh gula dalam segelas air mineral dingin.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping https://ift.tt/2WzovFVBagikan Berita Ini
0 Response to "Mengapa Wajah Kita Mengekspresikan Rasa Makanan dengan Raut Berbeda?"
Post a Comment