Relawan dari Palang Merah Internasional telah menghabiskan beberapa hari terakhir memperingatkan orang-orang di jalur badai untuk mengamankan atap mereka, menaruh karung pasir di sekitar rumah, dan keluar dari daerah itu jika memungkinkan.
"Sebagian besar dari orang-orang ini hidup dalam kemiskinan yang mengerikan, mereka benar-benar terpapar," kata Matthew Carter dari Palang Merah.
Meningkatnya ancaman penyakit seperti kolera dan malaria, serta ketersediaan makanan, adalah kekhawatiran jangka panjang utama yang dihadapi oleh masyarakat yang terkena dampak Kenneth dan Idai.
Kenneth telah mencapai puncaknya pada musim panen, yang berarti kemungkinan periode enam bulan tanpa makanan.
"Ini bukan hanya efek langsung dari seseorang kehilangan rumah mereka, itu juga efek jangka panjang dari kenaikan harga pangan dan kurangnya panen bagi petani," kata Carter.
Wilayah Cabo Delgado di Mozambik utara tidak sepadat penduduk di sekitar Beira, dan kota pantai utama, Pemba, diperkirakan tidak akan terkena dampak langsung.
Tetapi, saat ini, Mozambik sedang berjuang untuk menangani dampak setelah hantaman topan pertama, dan memiliki sedikit kapasitas untuk mengatasi bencana baru.
Mozambik harus mengambil pinjaman senilai US$ 118 juta (setara Rp 16,7 triliun) dari IMF setelah hantaman Topan Idai.
Pinjaman tersebut menuai kritik dari beberapa pihak internasional, yang menilai bahwa negara-negara miskin harus diberikan hibah darurat, dibandingkan harus meminjam lebih banyak uang.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping http://bit.ly/2VoPY0dBagikan Berita Ini
0 Response to "Topan Kenneth Hantam Mozambik, Bawa Angin Ribut 225 Km per Jam"
Post a Comment