:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2785375/original/008674000_1555991705-lanka_3.jpg)
Sementara itu pada hari yang sama ototitas Sri Lanka mengusir lebih dari 600 warga asing. Di antara jumlah tersebut adalah 200 ulama. Hal itu menanggapi serangan teror yang dituduhkan kepada kelompok teroris lokal, namun diklaim oleh ISIS.
Dikutip dari The Straits Times, Menteri Dalam Negeri Sri Lanka Vajira Abeywardena mengatakan para warga asing itu memasuki Negeri Ceylon secara legal, tetapi diketahui tinggal melebihi masa berlaku visa di tengah pengaman ketat pasca-serangan teror bom.
"Mempertimbangkan situasi saat ini di Sri Lanka, kami telah meninjau sistem imigrasi, dan mengambil keputusan untuk memperketat pembatasan visa bagi warga asing," kata Abeywardena.
"Dari seluruh warga asing yang kami deportasi, sekitar 200 orang adalah ulama," lanjutnya menjelaskan.
Serangkaian teror bom terkoordinasi menyerang beberapa gereja dan hotel mewah di ibu kota Kolombo pada peringatan Minggu Paskah, menewaskan 257 orang dan menyebabkan 500 lainnya terluka.
Teror tersebut dipimpin oleh seorang ulama dari wilayah timur Sri Lanka, yang diketahui telah beberapa kali melakukan perjalanan ke India dan Pakistan, untuk melakukan kontak dengan para ekstremis di sana.
Dia tidak mengkonfirmasi apakah polisi akan memberikan amnesti kepada mereka yang menyerahkan senjata selama periode penyerahan dua hari.
Polisi Sri Lanka juga telah menyita ratusan senjata dalam penggeledahan terkait teror bom sejak 21 April.
Seruan datang saat penyelidikan atas pemboman mematikan berlanjut.
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengatakan kepada Reuters pada hari Sabtu bahwa sekitar 25 hingga 30 orang yang terkait dengan pemboman masih buron.
Sirisena juga meyakini bahwa ISIS merupakan dalang serangan.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita kurang lengkap buka link di samping http://bit.ly/2GYNsEFBagikan Berita Ini
0 Response to "Dampak Teror Bom, Sekolah di Sri Lanka Kosong Melompong"
Post a Comment